Cerita dari seorang kawan.. .
5/15/2012Seperti biasa setelah selesai kuliah Fisafat, saya dan beberapa teman lainnya selalu berdiskusi sambil jalan menuju ke perpustakaan UI.. .
pada saat itu obrolan kami adalah tentang Tuhan.. .
bukan tanpa alasan kami memperbincangkan hal ini karena memang sebelumnya kami habis kuliah filsafat islam dengan diberikan teori-teori tentang pemikiran-pemikiran filsuf-filsuf muslim yang mencoba mendamaikan filsafat dengan agama islam.. .
Obrolan kami bermula ketika dikelas filsafat islam tadi dia mempertanyakan tentang metode ta'wil dan tafsir dalam mimpi, dan dia mencoba memberikan contoh kasus dengan cerita akan seorang non muslim yang bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, dan seusai mimpi tersebut orang itu langsung seketika yakin bahwa orang yg ditemui dalam mimpinya adalah benar-benar nabi Muhammad..
dalam suatu hadist disebutkan bahwa :
“Siapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar. Dan syetan tidak dapat menyerupai diriku.”
karena keterbatasan waktu kelas, maka kami berdua mencoba menyempatkan diri untuk membahas maslah yg memang belum sempat terselesaikan tadi. . dan yang pada akhirnya berpuncak pada pertanyaan dari saya kepada teman saya tersebut.. .
Saya : kenapa orang yg non muslim seperti yg anda ceritakan tadi dapat bertemu dngan nabi muhammad didalam mimpinya????
Dia : karena Tuhan ingin memberikan hidayah untuk orang tersebut.. . sehingga orang tersebut dapat menjadi seorang muslim yang kaffah.
Saya : nah, , kenapa hanya orang tersebut yg diberikan hidayah??? padahal banyak orang non muslim diluar sana juga pasti akan menjadi muslim jika diberikan mimpi yg seperti itu.. .
Dia : Itu sudah menjadi kehendaknya.. . karena Tuhan maha mengetahui.. .
Saya : sekiranya Tuhan maha tau,, apakah tuhan mendapat pengetahuan baru akan apa yg telah saya lakukan???
Dia : Tidak.. .
Saya : Lalu. . . ????
Dia : Saya rasa Tuhan sudah mengetahui akan apa yg akan kita perbuat.. .
Saya : Jika sekiranya Tuhan sudah mengetahui apa yg akan manusia perbuat, maka ada ketidakadilan donk??? karena pada akhirnya manusia akan diadili oleh Tuhan sedangkan takdir orang tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. .
Dia : Diam.. .
Saya : hmmm, ,,, sepertinya kita hanya akan megetahui kebenaran memang jika kita sudah benar-benar mati... . :)
Kunci dari dialektika yang kami bahas disini adalah bahwa dalam beragama pondasi yg harus dipegang memang adalah keyakinan dalam hal ini adalah iman.. . namun adakalanya kita mencoba mempertanyakan Iman dengan rasional dan itu sah2 saja selama iman masih ditempatkan lebih tinggi daripada akal. . . :)
Jika dibuat pengandaian,,,
#misalkan
orang berTuhan dan orang Atheis. . .
Orang berTuhan selalu mengatakan bahwa akan ada hari akhir, ada hari kebangkitan, dan ada Tuhan maka setelah mati di dunia kita akan pergi kealam yg lainnya untuk memperoleh pengadilan dan tempat yg layak bagi diri kita. . .
Orang atheis selalu mengatakan bahwa tidak ada hari akhir, tidak ada hari kebangkitan , dan tidak ada Tuhan. . maka setelah mati yasudah.. . . tidak ada hal-hal lain lagi yang akan terjadi. .
lalu,, ,, jika premisnya seperti ini...
jika Si Atheis dan theis mati dan mendapati bahwa Tuhan itu memang benar-benar tidak ada, maka bagi si Atheis dan Theis tersebut tidak akan memperoleh apa-apa. . . dan anggap saja ibadah yg dilakukan si Theis didunia sebagai olahraga.. .
namun jika sekiranya si Theis dan atheis tersebut mati dan mereka mendapati bahwa Tuhan sedang ada dihadapan mereka tentulah suatu keberuntungn bagi si Theis dan suatu ke-sialan bagi sang Atheis.. .
Saya rasa teori Pragmatis dapat diterapkan disini. :P
أن أَوَّلَ ما يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يوم الْقِيَامَةِ من عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dengannya seorang hamba pada hari kiamat pada amalnya adalah shalatnya. Maka jika baik, ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika rusak maka ia telah gagal dan rugi. [ HR. An Nasa'I dan At Turmudzi ].
0 komentar