Andai Tak Ada Bahasa
12/20/2015
Saya yakin betul bahwa akar dari perselisihan yg berujung pada kematian
tak lain adalah karena hadirnya bahasa. Adanya bahasa menyebabkan
tejadinya retakan pada realitas. Apabila diibaratkan pada sebuah
lingkaran, maka bahasa berperan membuat bilangan pecahan yg amat banyak.
Pecahan2 tersebut kian memiliki nama tersendiri, keberhinggaan, sebuah
identitas.
Dalam hal ini sebuah identitas selanjutnya melihat dirinya
sebagai sesuatu yg berbeda dgn identitas lainnya. Di situlah lalu
timbul hasrat untuk mendestruksi identitas lainnya dalam rangka
membesarkan bilangan pecahan yg dimiliki.
Dalam kasus vandalisme bola,
matinya dua orang suporter Arema yang dihajar oleh Bonek kemarin adalah karena ingin memperbesar bilangan
pecahan tersebut. Tidak hanya itu, kekerasan atas nama suku, ras , agama, dan antar golongan juga sebetulnya bermain dalam logika yang sama. Logika bahasa.
Oke, mari sejenak kita berpikir, andai tidak ada bahasa, maka bilangan pecahan itu tidak akan pernah ada. Kita akan memahami realitas ini sebagai sesuatu yg tidak berhingga. Tidak ada bilangan pecahan berati manunggaling bersama alam semesta sebagai suatu realitas yg utuh. Antara aku dan kamu, kami dan kalian lalu menjadi tak terpahami. Menarik bukan?
Oke, mari sejenak kita berpikir, andai tidak ada bahasa, maka bilangan pecahan itu tidak akan pernah ada. Kita akan memahami realitas ini sebagai sesuatu yg tidak berhingga. Tidak ada bilangan pecahan berati manunggaling bersama alam semesta sebagai suatu realitas yg utuh. Antara aku dan kamu, kami dan kalian lalu menjadi tak terpahami. Menarik bukan?
0 komentar